PERTUMBUHAN EKONOMI DI LINGKUNGAN
PERUMNAS III
NAMA : FINA MARDIAH HAQ
NPM :
31209292
KELAS : 3DD04
TULISAN
SOFTSKILL
UNIVERSITAS GUNADARMA
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk meninjau seberapa
besar pengaruh pertumbuhan ekonomi di lingkungan Perumnas III. Pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah Faktor Sumber
Daya Manusia, Faktor Sumber Daya Alam, Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Faktor
Budaya dan Sumber Daya Modal. Produk utama yang dihasilkan Perumnas
adalah Perumahan Tidak Bersusun (Landed Housing), Rumah Susun Sederhana
(Vertical Housing), Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun
(Lisiba).
Semenjak
Perumanas III menjadi perumahan yang sangat ramai membawa dampak yang positif
bagi pertumbuhan ekonomi di lingkungan sekitar. Selain itu angka pengangguran
di Indonesia menjadi berkurang.
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah
proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan
nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pembangunan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak
dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi
(
economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud
dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan
GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan
antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam
lembaga,
pengetahuan,
sosial dan
teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi
diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk
meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
- Pembangunan sebagai suatu proses
- Pembangunan sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan pendapatan perkapita
- Peningkatan pendapatan perkapita harus
berlangsung dalam jangka panjang
Pembangunan
ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).
Masalah pokok
dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan
sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Sehingga kita peru melakukan
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan
ekonomi.
Pembangunan
ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup
pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk
dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan
perusahaan-perusahan baru.
Setiap upaya
pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan
jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tesebut,
pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif
pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi
masyarakatnya dan dengan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus
memperkirakan potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah. (Lincolin Arsyad, 1999).
Pembangunan
ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan telah menghasilkan krisis lingkungan
hidup dunia yang ditandai dengan meningkatkadnya pemanasan global. Guna
mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu agenda pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yaitu upaya yang menyerasikan antara pembangunan ekonomi dan
lingkungan hidup.
Sasaran pembangunan perumahan dalam jangka panjang di tu- jukan
agar setiap keluarga menempati suatu rumah yang
layak serta dapat menjamin ketentraman hidup. Keadaan ini tidak
da- pat dicapai sekaligus dan dalam waktu
yang singkat, tetapi diusahakan
secara bertahap sesuai dengan
kemampuan yang ada pada
masyarakat maupun Pemerintah. Diharapkan bahwa usaha -
usaha peningkatan mutu perumahan dan lingkungannya, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, dapat mencapai suatu taraf dimana sebagian besar masyarakat Indonesia
menem- pati rumah sehat dalam lingkungan yang sehat.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara terus
mene- rus telah
dapat meningkatkan kemampuan negara dan masyarakat untuk
memperluas tersedianya sarana sosial budaya, termasuk peningkatan pembangunan
sektor perumahan rakyat dan pemuki- man. Hal ini makin meningkatkan usaha pembangunan
sektor perumahan rakyat dan pemukiman, dan dengan demikian memperluas kesempatan
rakyat untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut. Selanjutnya hal ini akan meningkatkan kesadaran rakyat akan arti dan manfaat pembangunan, sehingga
pada gilirannya akan memperkuat
tekad rakyat untuk melanjutkan pembangunan
tahap-tahap berikutnya.
·
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris,
sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat
suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang konsep
pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:
·
Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
a. Masa
perekonomian tertutup
Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat
bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran
barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri:
- Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
- Setiap individu sebagai produsen sekaligus
sebagai konsumen
- Belum ada pertukaran barang dan jasa
b. Masa
kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat,
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban.
Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan
pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini
menimbulkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa
ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata
untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki
beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
- Meningkatnya kebutuhan manusia
- Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
- Timbulnya pertukaran barang dan jasa
- Pertukaran belum didasari profit motive
c. Masa
kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis).
Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh).
Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi
kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa
kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
-
Tingkat prakapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Kehidupan masyarakat masih statis
- Bersifat kekeluargaan
- Bertumpu pada sektor pertanian
- Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
- Hidup secara berkelompok
-
Tingkat kapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Kehidupan masyarakat sudah dinamis
- Bersifat individual
- Adanya pembagian pekerjaan
- Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
-
Tingkat kapitalisme raya
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
- Usahanya semata-mata mencari keuntungan
- Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat
produksi
- Produksi dilakukan secara masal dengan alat
modern
- Perdagangan mengarah kepada ke persaingan
monopoli
- Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu
majikan dan buruh
-
Tingkat kapitalisme akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
- Munculnya aliran sosialisme
- Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
- Mengutamakan kepentingan bersama
Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
- Masa berburu dan pengembaraan
- Masa beternak dan bertani
- Masa bertani dan kerajinan
- Masa kerajinan, industri, perdagangan
Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
- Masa rumah tangga tertutup
- Rumah tangga kota
- Rumah tangga bangsa
- Rumah tangga dunia
W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi
dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan
bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
a.
Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
- Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur
pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas.
- Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern
- Terdapat suatu batas tingkat output per kapita
yang dapat dicapai
b.
Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the
preconditions for take off)
- Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana
masyarakat sedang berada dalam proses transisi.
- Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke
dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di
bidang industri.
c.
Periode Lepas Landas (The take off)
- Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk
emndobrak penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.
- Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi diperluas
- Tingkat investasi yang efektif dan tingkat
produksi dapat meningkat
- Investasi efektif serta tabungan yang bersifat
produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional.
- Industri-industri baru berkembang dengan cepat
dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan cepat.
d.
Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)
- Merupakan perkembangan terus menerus daimana
perekonoian tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas
dengan penerapan teknologi modern.
- Investasi efektif serta tabungan meningkat dari
10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini
berlangsung secara cepat.
- Output dapat melampaui pertamabahn
jumlah penduduk
- Barang-barang yang dulunya diimpor, kini sudah
dapat dihasilkan sendiri.
- Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas
bergerak melampau kekuatan industri pad masa take off dengan penerapan
teknologi modern
e.
Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
- Sektor-sektor industri emrupakan sektor yang
memimpin (leading sector) bergerak ke arah produksi barang-barang
konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.
- Pendapatn riil per kapita selalu meningkat
sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang
melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan.
- Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata
nasional tinggi.
- Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi
tingkat konsumsi tinggi
·
Teori Klasik dan Non Klasik
Teori Klasik
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi
sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan
penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini
tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes
of the Wealth of Nations.
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk
yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan
menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan
mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk
membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan
(statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang
berjudul The Principles of Political and Taxation.
Teori
Neoklasik
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal,
pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk
dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut
Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang
positif.
-
Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara
efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan
modal tersebut. Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan
kesempatan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah :
§ Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses
pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses
pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
§ Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang
bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam
yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan
hasil hutan dan kekayaan laut.
§ Faktor Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan,
pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh
mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
§ Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak
tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.
Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
§ Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia
untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa
barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
·
Sejarah
Perumnas
PERUMNAS
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum)
dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Perumnas didirikan
sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi
masyarakat menengah ke bawah.
Perusahan
didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974, diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1988, dan disempurnakan melalui Peraturan
Pemerintah No. 15 Tahun 2004 tanggal 10 Mei 2004. Sejak didirikan tahun
1974, Perumnas selalu tampil dan berperan sebagai pioneer dalam penyediaan
perumahan dan permukiman bagai masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Perumahan
yang baik juga memungkinkan terjalinnya komunikasi yang baik antarwarga. Salah satunya yaitu
dengan membangun sarana transportasi yang memadai,aman,
dan menjangkau seluruh area permukiman. Aksesibilitas
yang baik dari sistemtransportasi dapat mendukung terjalinnya hubungan yang
harmonis dalam kehidupanbertetangga.
Adanya pusat aktivitas sosial dan
keagamaan bagi warga perumahandapat meningkatkan
hubungan sosial yang harmonis.
Selanjutnya, keharmonisan inidapat menjadi alat pemersatu dan dapat meminimalkan
terjadinya tindak kriminal dilingkungan
perumahan yang bersangkutan.
Melalui konsep
pengembangan skala besar, Perumnas berhasil memberikan kontribusi signifikan
dalam pembentukan kawasan permukiman dan kota-kota baru yang tersebar di
seluruh Indonesia. Sebagai BUMN pengembang dengan jangkauan usaha nasional,
Perumnas mempunyai 7 Wilayah usaha Regional I sampai dengan VII dan Regional
Rusunawa. Kualitas suatu
lingkungan merupakan salah satu persoalan utama di dalam perancangan kota dan
selalu menjadi perdebatan. Perdebatan tersebut tidak terlepas dari dinamika
pendekatan masalah perancangan kota itu sendiri sebagai bagian dari sebuah
proses pembangunan kota yang bersifat multidimensi.
Helvetia Medan,
Ilir Barat Palembang, Banyumanik Semarang, Tamalanrea Makasar, Dukuh Menanggal
Surabaya, Antapani Bandung adalah contoh permukiman skala besar yang
pembangunannya dirintis Perumnas. Kawasan Permukiman tersebut kini telah
berkembang menjadi "Kota Baru" yang prospektif. Selain itu, Depok,
Bogor, Tangerang, dan Bekasi juga merupakan "Kota Baru" yang dirintis
Perumnas dan kini berkembang pesat menjadi kawasan strategis yang berfungsi
sebagai penyangga ibukota.
Visi
Perumnas
"Menjadi Pelaku Utama Penyedia Perumahan dan
Permukiman di Indonesia"
Misi
Perumnas
- Menyediakan perumahan dan permukiman yang
berkualitas dan bernilai bagi masyarakat.
- Memberikan kepuasan pelanggan secara
berkesinambungan melalui layanan prima.
- Mengembangkan dan memberdayakan profesionalisme
serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
- Menerapkan manajemen perusahaan yang efisien dan
efektif.
- Mengoptimalkan sinergi dengan Pemerintah, BUMN
dan instansi lain.
Sejarah Perumnas secara garis
besar dapat dibagi menjadi beberapa periode, berdasarkan pencapaian yang
diperoleh dan peranannya sebagai pengembang perumahan dan permukiman di
Indonesia. Perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun
1988, dan disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2004 tanggal
10 Mei 2004.
·
Portofolio
Perumnas
Sesuai
dengan tujuan didirikannya perusahaan, manajemen tetap memegang komitmen
terhadap misi yang diemban Perumnas yaitu melayani penyediaan rumah murah yang
layak dan terjangkau. Perumnas sejak didirkan tahun 1974 hingga tahun 2008
telah melaksanakan pembangunan baik rumah tidak bersusun (landed housing)
maupun rumah susun (vertical housing) di seluruh Indonesia, khususnya
bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Secara umum, produk utama yang
dihasilkan Perumnas adalah:
a.
Perumahan Tidak Bersusun (Landed
Housing):
Perumnas sebagai Pengembang misi
Pemerintah dalam menyediakan kebutuhan pokok masyarakat, yaitu perumahan dan
permukiman, sejak didirikan pada tahun 1974 telah membangun lebih dari 500.00
unit rumah dengan berbagai tipe di seluruh Indonesia.
Sebagai perintis pengembangan
perkotaan, Perumnas telah berhasil melaksanakan misi pemerintah dalam
mewujudkan pemerataan pembangunan sampai di wilayah terpencil. Hal ini terbukti
di antara kota-kota yang telah dibangun perumahan di lebih dari 150 kota. Dan
Perumnas selalu konsisten fokus pada pembangunan kelas menengah ke bawah.
Perumahan yang dibangun Perumnas
telah dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosialnya sehingga
tercipta lingkungan yang nyaman untuk ditinggali. Beberapa tipe rumah yang
dibangun Perumnas adalah Rumah Sederhana Sehat (RSh), Rumah Sederhana (RS),
Rumah Menengah (RM).
Perumnas Tidak Bersusun terdiri
dari :
- Rumah Sederhana Sehat (RSh)
- Rumah Sederhana (RS)
- Rumah Menengah (RM)
- Kapling Tanah Matang (KTM)
b. Rumah
Susun Sederhana (Vertical Housing):
Pada tahun 1980, Perumnas
merintis pembangunan perumahan secara vertikal (rumah susun), terutama di
kota-kota besar yang lahan tanahnya makin terbatas. Selain untuk mengatasi
keterbataan lahan di kota besar, pembangunan rumah susun juga dilaksanakan
untuk mendukung program peremajaan perkotaan.
Realisasi Rumah Susun Sederhana
(Rusuna) ini tersebar di beberapa lokasi di Jakarta seperti Tanah Abang, Kebon
Kacang, Klender, Kemayoran dan Pulo Gadung. Di luar Jakarta, Rusuna juga
dibangun di Bandung Sarijadi, Surabaya Menanggal, Medan Sukaramai, dan
Palembang Ilir Barat.
Dengan Pengalaman yang konsisten
di bidang penyediaan perumahan dan permukiman, Perumnas mempunyai potensi dan
kapabilitas untuk memberikan advokasi dan konsultansi kepada Pemda di bidang
perumahan dan permukiman. Demikian juga dalam hal mengelola Rusunawa. Perumnas
yang saat ini mengelola hampir 7.000 unit satuan rumah susun di 16 lokasi yang
terletak di 9 provinsi di Indonesia.
Rumah Susun Sederhana terdiri dari
:
- Rumah Susun Sederhana Milik
(Rusunami)
- Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa)
- Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan
Siap Bangun (Lisiba).
Pembentukan
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) yang berfungsi sebagai bank tanah (land bank),
adalah jawaban atas berbagai fenomena yang berpotensi menghambat kelancaran
pengadaan perumahan dan permukiman di perkotaan. Terbatasnya persediaan tanah
di perkotaan, mengakibatkan munculnya spekulan tanah sehingga harga tanah
mahal. Untuk itu, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun, dan Lingkungan Siap
Bangun yang Berdiri Sendiri.
Perumnas menjalankan amanat UU
No. 4/1972 tentang Perumahan dan Permukiman dan PP No. 80/1978 tenatng Kawasan
Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri (Lisiba
BS). Perumnas telah mengembangkan kawasan skala besar dengan pola Kasiba adalah
di Driyorejo Gresik (luas perencanaan 1000 Ha), Martubung Medan (300 Ha), serta
Cengkareng (209 Ha).
·
Pembahasan
Perumnas
3 sudah ada sejak tahun 1980an, dahulunya Perumnas 3 hanya kebun dan rawa,
jarang orang yang minat untuk mengambil atau menempati rumah di daerah ini.
Padahal harga cicilan rumah di Perumnas 3 tidak terlalu mahal, tetapi karena
kondisi dilingkungan Perumnas 3 masih sangat sepi selain itu akses ke jalan
besarpun masih terlalu jauh jadi peminatnya pun berkurang. Angkutan umum pun
belum ada yang masuk kedalam perumahan ini, pasar pun sangat jauh harus jalan
kaki dahulu baru bisa naik angkutan umum untuk menuju pasar. Bunyi jangkrik dan
kunang-kunang tiap malam selalu member kehangatan di sekitar perumahan ini.
Walalupun
masih sepi tetapi suasana itu jarang seklai ditemukan, anak-anak kecil bahkan
orang tua pun sering keluar rumah untuk melihat kunang-kunang tesebut dan bunyi
suara jangkrik tersebut menemani malam yang indah di perumahan tersebut. Tetapi
semenjak tahun 1990an banyak warga yang menempati wilayah ini. Bahkan sekolahan
banyak dibangun di Perumnas 3. Angkutan umum sudah mulai masuk ke dalam
perumahan ini, akses untuk ke pasar ke sekolah atau kemana pun menjadi lebih
mudah dibandingkan dengan tahun 1980an. Tetapi semenjak tahun 1998 banyak
penziarahan dimana-mana, semua usaha yang berada di wilayah Bekasi Timur
semuanya di tutup karena mereka tidak mau mengambil resiko. Termasuk toko-toko
yang berada di wilayah Perumnas 3 semuanya tidak berani buka karena takut akan
di zarah, semua isi toko di ambil. Pemilik toko tidak bisa melawan karena
masyarakat yang berzarah jumlahnya terlalu banyak.
Semenjak
itu banyak bangunan-banguan di daerah ini kosong dan tidak berpenghuni.
Penziarahan ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian di lingkungan sekitar,
banyak warga yang sulit untuk membeli kebutuhan sehari-hari karena semua toko
tutup. Semua harga pada naik, kebutuhan pokok pun sangat sulit untuk di dapat,
tahun 1998 ini tahun yang sangat krisis ekonomi. Banyak pengangguran
dimana-mana, akibatnya banyak maling copet dan sebgainya akibat pengangguran
tersebut. Rakyat miskin di Indonesiapun semakin banyak.
Semenjak awal tahun 2000 kondisi
lumayan membaik banyak pertokoan, perumahan, sekolah, tempat bimbel, dll
sebagainya banyak di bangun kembali. Pertumbuhan perekonomian di wilayah ini
semakin membaik semenjak banyaknya perumahan yang di bangun di daerah Bekasi
Timur. Perumnas 3 menjadi perumhaan yang ramai penduduknya lokasinya sangat
strategis letaknya tidak jauh dari tol timur akses jalan pun sangat ramai. Semakin
banyak yang menempati perumahan di Perumnas 3 tersebut maka banyak dibangun
ruko-ruko di sepanjang jalan raya utama Perumnas 3 tersebut. Mulai dari rumah
makan, toko baju, toko sepatu, toko mainan anak-anak, alat rumah tangga,
counter hp, photocopyan, tempat bimbel, sekolahan, baik Tk SD SMP ada di
Perumnas 3 bahkan Bank pun juga di bangun di dalam perumahan tersebut.
Setiap malam di jalan raya Perumnas 3 tidak
pernah sepi, lalu lalang orang pun sangat banyak, berbagai macam makanan ada
disana, ingin makan apapun ada disana, bahkan sekarang pom bensin pun ada di
Perumnas 3. Selain itu setiap hari selasa khususnya sore hari mulai pukul 5
sore, ada yang namanya pasar kaget yaitu pasar yang ada hanya setiap sore
sampai malam saja biasanya pasar ini ada di Jalan Pulau Bali. Di sana berjualan
bermacam-macam mulai dari aksesoris hp, makanan, pakaian, bahkan disana ada
permainan untuk anak-anak. Banyak keluarga yang sengaja datang ke tempat itu
untuk bermain-main bersama anak-anaknya. Para pedagang yang berjualan rata-rata
bertempat tinggal tidak jauh dari perumahan Perumnas 3 tersebut. Banyak dari
mereka yang tadinya hanya sebagai ibu rumah tangga bahkan banyak yang pengangguran,
tetapi semenjak Perumanas 3 menjadi perumahan yang sangat ramai membawa dampak
yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di lingkungan sekitar. Selain itu angka
pengangguran di Indonesia menjadi berkurang.
Seandainya saja pemerintah dapat
membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi maka tidak ada lagi
pengangguran di Negara kita, angka kemiskinan pun semakin berkurang. Penyebab
kemiskinan tidak lain dari pengangguran tersebut. Banyak keluarga yang tidak
mampu dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga mereka harus berjuang hidup bahkan sebagian dari mereka ada yang melakukan
perbuatan kriminal seperti merampok, mencuri dan sebagainya. Mereka melakukan
ini semata-mata untuk membiayai hidup keluarganya.
Jika saja pemerintah tidak cepat
menangani masalah ini maka Negara ini akan semakin miskin angka pengangguran di
Indonesia semakin meningkat. Seharusnya pemerintah dapat bekerjasama dengan
para pengusaha karena seperti kasus diatas pengusaha yang telah membangun
perumahan di daerah Bekasi Timur tersebut sangat membantu pemerintah. Selain
itu pertumbuhan ekonomi di lingkungan tersebut semakin membaik pengangguran di
daerah tersebut pun semakin berkurang.
BAB III
KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang
konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut adalah Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis, Teori
Klasik dan Non Klasik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah Faktor Sumber Daya Manusia, Faktor Sumber
Daya Alam, Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Faktor Budaya dan Sumber Daya
Modal.
Perumnas
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum)
dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah. Perumnas didirikan sebagai
solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat
menengah ke bawah. Produk utama yang dihasilkan Perumnas adalah Perumahan Tidak
Bersusun (Landed Housing), Rumah Susun Sederhana
(Vertical Housing), Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap
Bangun (Lisiba).
Perumanas
3 menjadi perumahan yang sangat ramai membawa dampak yang positif bagi
pertumbuhan ekonomi di lingkungan sekitar. Selain itu angka pengangguran di
Indonesia menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA